Anakku,
Kamu dimana, anakku?
Diangkasa jagad raya?
Beranjak dari surga sabda maha kuasa?
Atau melekat pada benak?
Yang tak pernah berhenti sabar dan jinak.
Kamu sedang apa?
Mengahalau pendusta?
Penuh tipu daya,
Lagak seni dan merasa berbudaya?
Tetapi Gemar menuju Neraka !.
Kamu mencari ayahmu?
Berdiam diri menhadapi semua itu,
Atau kamu ikut berperang?
Menjadikan ayah selalu menang!
Pantaskah aku jadi ayahmu, anakku?
Dimana ibumu?
Dimana tempat tinggalmu?
Seperti apa wajahmu?
Tampan seperti ayahmu?
Cantik seperti ibumu?
Ayah musti menjaga anak!, anakku,
Bukan kamu menjaga ayahmu,
Bukan juga ibumu mejaga ayahmu,
Ayahmu meski semu,
merasa mampu,
Memenuhi semua itu.
Harap kamu tahu,
ayah rindu padamu,
ingin kamu menjadi anakku,
karena ayahmu tahu kamu,
akan menjadi srikandi ibumu dan nama ayahmu,
diiringi akhlak dan budaya menolak tipu.
Duniawi penuh kebohongan,
Bukan itu maumu, ayah tahu itu !,
Bersih, suci, berani, seperti ayahmu?
Seperti ibumu?
Kami terlanjur tapi tidak sesat,
Tahu semua tidak ada arti serta manfaat,
Kadang menghilang akal sehat,
Maafkan kami, anakku,
Ayahmu selalu ingin kamu, jadi anakku,
Kujanji mencari ibu,
Agar cita ayah menjadi nyata,
Kami, ayah dan ibu bercita satu,
Juga bersamamu,
Akan mendekat,
Akan berusaha,
Menuju surga,
Dan menyambut tegar pasrah akan hari kiamat.
Anakku kamu dimana?
Kamu citaku,
Kamu cintaku,
Kamu khayalku,
Kamu segalanya untukku,
Maukah kamu jadi anakku?
Tanpamu, khayalku, mimpiku, harapanku, anakku,
Hidupku bagai ankasa berudara hampa,
Diselimuti, hujan, petir, kilat, sengatan panas, gas bergumpal,
Silih berganti menurut aturannya,
Hidupku bagai digurun api,
Bukit dan laut tanpa air, mati,
Aku tak pernah putus asa.
Dan terus menanti.
Jakarta,1982
Tawin QM

Tidak ada komentar:
Posting Komentar